♠ Posted by Unknown in Kesesatan Syi'ah,Tanya-Jawab at 19.48
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Syubhat: Wahhabi, jangan membawa nama Sunni untuk menghujat umat lain yang tidak sependapat dengan pemikiran antum! Wahabi atau Salafi sama saja. Modalnya cuma bisa bahasa Arab saja! Hanya orang-orang wahabi atau salafi yang doyan makan hadits Abu Hurairah. Sampai yang tidak mau make hadits Abu Hurairah dianggap sesat. Di NU ada tradisi tawassul, begitupula di Syi’ah. Jadi masih ada persamaan. Cuma Wahabi atau Salafi yang tidak memperbolehkan. Beginilah kalau kenalnya cuma sama Bapak Kucing (Abu Hurairah). Mengapa Abu Hurairah tidak diganti saja dengan julukan yang lebih baik. Masa orang hebat julukannya lucu. Katanya sahabat Nabi, tapi kenapa bisa mendapat gelar seperti itu? Ana yakin itu hanya cerita fiktif dari Wahabi.
Jawab: Saya sangat senang dengan keterus terangan ini, karena hal itu semakin memperjelas akhlaq Anda yang sebenarnya di hadapan manusia. Sebagaimana telah menjadi jelas bagi mereka tentang keyakinan menyimpang Anda terhadap para sahabat Radhiallahu ‘Anhu.
Saya akan menjawab Anda dengan sesuatu yang tidak Anda bayangkan, sebuah jawaban yang dengan izin Allah akan mengejutkan Anda. Anda ingin mengelabui manusia dengan klaim Anda bahwa Syi’ah dan NU itu sama, hanya karena mereka membolehkan tawassul. Baiklah, pertama, Anda lupa bahwa kami juga membolehkan tawassul, akan tetapi tawassul yang masyru’, bukan tawassul yang dilarang (yang tidak ada dalilnya dari al-Qur`an dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).
Sebenarnya bukan ini masalahanya. Permasalahan yang sesungguhnya adalah klaim Anda yang mengesankan bahwa Anda sama dengan NU. Maka apakah bisa kita pahami dengan ungkapan itu bahwa NU melecehkan Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu sebagaimana Anda dan Syi’ah melecehkannya Radhiallahu ‘Anhu?
Apakah bisa kita pahami bahwa NU mencaci para sahabat Radhiallahu ‘Anhu dan berkeyakinan akan kemurtadan dan kekafiran mereka?
Apakah NU menuduh zina Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dan bahwa dia ada di dalam neraka?
Apakah NU tidak mengakui kekhilafahan Abu Bakar, Umar, dan ‘Utsman?
Apakah NU meyakini para imam syi’ah dan bahwa mereka semua ma’shum?
Apakah NU meyakini bolehnya nikah mut’ah dan mengamalkannya?
Apakah NU meyakini al-Mahdi al-Muntazhar yang bersembunyi di goa sejak lebih dari seribu tahun yang lalu?
Apakah NU meyakini kakufuran orang yang tidak mengimani imam-imam mereka?
Apakah NU meyakini bahwa al-Qur`an ini telah diubah-ubah?
Apakah NU mengikuti madzhab Ja’fari bukan madzhab Syafi’i? Begitu seterusnya, pertanyaan ini bisa memanjang…! Dan jawabannya sama, TIDAK. Sekarang para pembaca bisa mengetahui dengan sederhana apakah NU sama dengan Anda (wahai orang Syi’ah) ataukah tidak?
Adapun pelecehan Anda dan menghina sahabat yang mulia, Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, maka itu saya hadiahkan kepada saudara-saudara kami di MUI, biar mereka yang menjawab.
Anda mengklaim bahwa yang memberi nama Abu Hurairah itu adalah Wahhabi, padahal nama tersebut telah ada 1200 tahun sebelum dakwah Muhammad bin ‘Abdil Wahhab. Dia diberi nama demikian karena dia memiliki seekor kucing kecil yang menyertainya sejak kecil. Dan adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggilnya dengan nama itu. Para sahabat dan tabi’in, serta orang-orang datang setelah mereka, termasuk di antara mereka adalah Imam syafi’i, dan ulama ahli hadits, berikut seluruh ulama telah menukil nama tersebut. Maka apakah mereka semua adalah Wahhabi?! Saya memohonkan hidayah kepada Allah untuk Anda.
Syubhat: Shalawat hanya untuk Nabi dan keluarganya saja, tidak berlaku untuk para sahabat Nabi. Allah memerintahkan untuk bershalawat kepada Nabi dan keluarganya, bukan shalawat yang terputus model Wahhabi.
Jawab: Pertama, apakah kebencian Anda kepada para sahabat akan menambah derajat Anda di sorga?!
Kedua, adapun berkenaan dengan perkara shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Anda telah menjerumuskan diri Anda sendiri pada sebuah kesalahan besar. Anda telah menjadikan seluruh kaum muslimin Wahhabi, karena shalawat mereka yang terputus menurut Anda.
Kesalahan kedua, bahwa orang yang bershalawat kepada Nabi dengan shalawat yang terputus adalah Syi’ah itu sendiri, bukan ahlussunnah wal jama’ah. Anda sekalian hanya bershalawat saja dan tidak bersalam kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan di dalam al-Qur`an agar kita bershalawat dan bersalam kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Pada ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bershalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja. Oleh karena itulah kaum muslimin pada setiap tempat bershalawat dan salam kepada beliau. Sementara Anda sekalian hanya bershalawat tanpa salam kepada beliau. Maka tampaklah perselisihan Anda dengan perintah Allah yang ditujukan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Adapun klaim Anda, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita bershalawat kepada Nabi dan keluarga beliau, maka sesungguhnya saya bertanya kepada Anda, dimana hal itu disebutkan di dalam al-Qur`an? Kemudian saya bertanya kepada Anda, dan juga kepada ulama Syi’ah, seandainya keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada pada tempat yang berlebihan seperti itu menurut Anda sekalian, lantas mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ وَآلِهِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi dan keluarganya. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan keluarganya serta ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”?!
Adapun klaim Anda, bahwa tidak boleh bershalwat kepada selain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ini menyelisihi nash-nash al-Qur`an yang mulia dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang shahih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ
“Dialah yang bershalawat (memberi rahmat) kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), …”(QS. Al-Ahzab: 43)
Dia Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
“Mereka Itulah yang mendapat (shalawat) keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka …” (QS. Al-Baqarah: 157)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan bershalawatlah (mendoalah) untuk mereka. Sesungguhnya shalawat (doa) kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.” (QS. At-Taubah: 103)
Dan telah datang dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abi Aufa, dia berkata:
كَانَ النَّبِىُّ إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلاَنٍ » . فَأَتَاهُ أَبِى بِصَدَقَتِهِ ، فَقَالَ « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِى أَوْفَى »
“Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika datang kepada beliau suatu kaum dengan membawa shadaqah mereka, beliau bersabda, ‘Allahumma shalli ‘ala Ali Fulan (ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keberkahan kepada keluarga Fulan)’. Maka datanglah bapakku kepada beliau dengan membawa shadaqahnya, maka beliau bersabda, ‘Allahmumma shalli ‘ala Ali Abi Aufa (Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keberkahan kepada keluarga Abu Aufa)’.(HR. al-Bukhari Muslim)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, dia berkata
أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِلنَّبِىِّ : صَلِّ عَلَىَّ وَعَلَى زَوْجِى. فَقَالَ النَّبِىُّ « صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكِ وَعَلَى زَوْجِكِ»
‘Bahwasannya ada seorang wanita berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ‘Bershalawatlah kepada saya dan suami saya.’ Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Shallallahu ‘alaiki wa ‘alaa zaujiki (Mudah-mudahan shalawat (limpahan rahmat dan keberkahan) Allah tercurah atasmu dan suamimu).’ (HR. Abu Dawud, ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan lainnya dengan sanad shahih)
Syubhat: Jangan karena kekuasaan dan harta lalu keluarga Nabi diabaikan. Yang paling mengerti tentang sunnah Nabi adalah keluarga Nabi sendiri, bukan orang lain atau sahabat. Cinta keluarga Nabi adalah wajib bagi umat Islam. Sahabat hanya berlaku bagi orang-orang Wahabi fanatik.
Jawab: Anda dan orang-orang Syi’ah selain Anda telah sampai kepada suatu kebodohan yang Anda tidak tahu bahwa jika Anda meragukan keadilan dan amanah para sahabat, maka Anda telah meragukan apa yang telah mereka nukil untuk kita, baik berupa al-Qur`an maupun sunnah. Jika tidak, maka siapa yang telah mengumpulkan al-Qur`an, serta menjaga sunnah? Bukankah mereka itu adalah para sahabat Radhiallahu ‘Anhu? Jadi, akal ini tidak bisa menerima bahwa orang yang kita ragukan keadilannya akan dapat berbuat amanah terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kemudian, apa bisa kita pahami dari ucapan Anda bahwa para sahabat tidak memiliki kedudukan sama sekali bagi kaum muslimin secara umum termasuk di antara mereka adalah para ulama Indonesia? Anda tidak mengetahui bahwa dengan klaim tersebut, Anda telah menjadikan seluruh kaum muslimin, sama saja Indonesia atau selainnya adalah Wahhabi. Bahkan Anda tidak tahu bahwa Anda, dan pemilik pertanyaan yang lalu telah menampakkan Wahhabi dengan tampilan yang indah. Yaitu bahwa mereka adalah orang-orang yang mencintai para sahabat, serta membela mereka dan ummahatul mukminin. Mereka membela al-Qur`an, menegaskan bahwa al-Qur`an terjaga dari tahrif (perubahan), pengurangan, dan penambahan. Mereka berpegang teguh dengan sunnah nabi yang shahih. Mereka memuliakan keempat imam, dan para salafus shalih, ya mereka adalah Wahhabi.
Maka jika setiap orang yang membela sahabat adalah Wahabi menurut Anda, maka jadilah Imam Syafi’i Rahimahullah, Imam Nawawi Rahimahullah, Imam Ibnu Hajar Rahimahullah, Imam al-Bukhari Rahimahullah, Imam Muslim Rahimahullah, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, dan seluruh imam-imam besar selain mereka adalah Wahhabi.
Wahai para pembaca Qiblati yang budiman,
Anda bisa memperhatikan, dari sela-sela penyampaian syubhat orang-orang Syi’ah tersebut, bahwa itu adalah syubhat-syubhat yang naïf, dan bahwa pemilik syubhat itu adalah jahil, tidak memiliki walau sedikit ilmu. Kebodohan mereka terhadap Islam, dan aqidah ahlussunnah telah memudahkan orang-orang yang menyimpang menanamkan kebencian dan penghinaan kepada para sahabat di hati mereka.
Mereka pun mengambil manfaat dari kekerdilah akal mereka, serta menjadikan mereka menghadapi masyarakat dengan pemikiran baru mereka, sementara mereka bersembunyi di tempat yang gelap dengan tujuan untuk membuat fitnah di antara umat Islam. Kami memohon kepada Allah, agar menjauhkan kaum muslimin dari keburukan tersebut, dan mengakhiri akhir kehidupan kita dengan kebaikan.
Syubhat: Istri Nabi jahat akan mendapatkan siksa dua kali lipat. Inilah hikmah ibu tiri itu jahat. Lebih jahat lagi ibu kota perantau. Cintailah ibu kandung (wajib), kasihan yang punya ibu tiri jahat. Ibu tiri jahat koq dicintai, sementara ibu kandung dijahati (anak durhaka), cinta buta, lagi mengingkari sejarah.
Jawab: Inilah satu buah dari sekian buah pengajaran orang-orang syi’ah kepada generasinya di Indonesia. Inilah buah diizinkannya para mahasiswa untuk belajar di negeri syi’ah. Inilah buah diizinkannya pencetakan buku-buku kedengkian dan kebencian. Inilah buah diberikannya kebebasan kepada para da’i syi’ah untuk menghembuskan racun-racun mereka pada tubuh manusia Indonesia yang berbudi dan beradab.
Penanya atau pemilik syubhat yang merana ini, telah menjadi satu korban sebuah dakwah terorganisir untuk merusak manusia. Dengan satu kilo beras, dua kilo gula, sedikit minyak dan sejumlah mi isntan atau dengan beasiswa atau modal usaha atau melancong ke luar negri mereka membeli agama penanya dan banyak yang lain. Lalu mereka menyia-nyiakan agama dan dunia mereka. Seandainya Anda bertanya kepada orang seperti penanya ini akan rincian pokok-pokok ajaran ahlussunnah waljama’ah, dia tidak akan tahu karena kebodohan terhadap agamanya. Hanya saja dia itu adalah buah dari permusuhan jiwa, dan terabaikannya akal yang telah berlumut padanya dan lainnya. Hingga sampai pada tingkatan mencaci dan melaknat para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Na’udzu billah min dzalik.
Para penyokong pikiran rusak di Indonesia dan lainnya ini tidak akan tenang hingga menebarkan kebencian dan permusuhan di antara manusia. Lalu mereka menyebarkan kerusakan di tengah-tengah umat; mencaci para sahabat, mengklaim telah dipalsukannya al-Qur`an (ditambah dan dikurangi oleh para sahabat Nabi), dan menyebarkan perzinaan atas nama kawin mut’ah.
Semua ini mereka lakukan hingga Mahdi al-Muntazhar mereka keluar, dimana dia tidak akan keluar kecuali setelah tersebarnya kerusakan, dan kezhaliman di tengah-tengah manusia, menyebarnya kerusakan di umat ini sesuai dengan periwayatan mereka. Jadi, mereka itu berpahala atas menyebarnya kerusakan mereka. Maka termasuk kemaslahatan mereka adalah merusak umat, dan menyia-nyiakannya. Semua itu mereka lakukan agar Mahdi khayalan yang tidak ada wujudnya- versi mereka- cepat keluar.
Orang seperti penanya (penanggap) yang dungu ini, tidak mengetahui bahwa ucapannya adalah sebuah kekufuran, dan mengeluarkannya dari agama, karena dia telah mendustakan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mensucikan Ummul Mukminin Aisyah dalam kitab-Nya, dan menjadikannya sebagai bacaan suci yang dibaca hingga hari kiamat.
Sesungguhnya permasalahan kita, bukanlah bersama orang-orang sederhana seperti ini, akan tetapi permasalahan kita adalah bersama dengan orang-orang yang membangun kesesatan dan kekufuran kepada Allah di dalam akal-akal mereka. Sesungguhnya saya heran, bagaimana kami telah meminta ulama mereka untuk ikut masuk dalam dialog damai di majalah kita ini, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang maju. Yang demikian itu -menururut keyakinan kami- karena mereka mengetahui bahwa perlawanan mereka terhadap kami adalah sebuah kerugian. Karena kami adalah ahlul haq dan mereka adalah ahlul batil.
Saya tahu, bahwa tidak ditemukan seorang ulama pun dari mereka di Indonesia. Yang ada hanyalah orang-orang yang mengaku punya ilmu. Saya katakan kepada mereka untuk meminta bantuan kepada orang-orang yang mereka sukai di luar Indonesia, saat itu –dengan izin Allah- kami akan mengobati dada orang-orang mukmin.
Andai saja orang-orang yang jahil itu berfikir, mengapa ustadz-ustadz mereka tidak berani untuk mengadakan dialog ilmiah melalui majalah ini? Demi Allah, yang telah menciptakan langit tanpa tiang, kami akan membuktikan pada semua orang bahwa mereka tidak memiliki ilmu yang benar.
Terakhir, saya katakan kepada penanya/ pemilik syubhat yang polos tersebut, carilah orang yang bisa menghadapi kami dalam dialog, kami akan berterima kasih. (AR)*
Sumber : http://qiblati.com
0 komentar:
Posting Komentar